Aku pikir cerita ini sudah tamat… Aku berniat merangkak menjauh tanpa dijejaki olehnya, mengakhiri skenario yang melelahkan ini.
Namun dengan sadar aku kembali berhaluan oleh terbaah sapaannya.
Kembali disergap oleh berbagai pertanyaan, dan kembali memutar otak mengartikan deru kalimatnya.
“Apakah dia melihatnya? Bagaimana
dia menerjemahkan kalimatnya? Atau mungkinkah hal itu berarti dia PERHATIAN?”
“Anio”
Sudahlah … ! Tak bisakah kau menerjemahkan bagaimana lugasnya dia
membacakan narasi itu? Bagaimana bisa kau begitu bodoh?
“Goenchanayo”
???
Hanya karena
di mengucapkan kata itu…
Bukankah
itu kata yang lumrah.
Bukankah
kata itu terlalu amat biasa.
Bukankah
dia mengucapkannya kepada setiap orang?
Iya… Kau
benar.
Aku terlampau
jauh mengartikannya…
Namun
aku begitu menikmati kebodohanku.
Ringisanku
menjelma menjadi pahatan senyum, hanya karena dentuman tanyanya.
Aku
belum mampu mengacuhkannya hadirnya.

Ciee, yg masih terngiang~
ReplyDeleteAlihkan sja, kalau bsa lupakan *eh :D