Seperti utara dan utara, seperti selatan dan selatan.
Berbenturan keras berjalan pada arah berlawanan.
Kerongkongan mereka berlubang, seperti sekawanan angin yang bisu.
Bangku kayu yang lapuk, bukankah sudah kau ramalkan? sudah menjadi sebuah kewajaran jika kedua kutub akan saling berbenturan.
meskipun begitu, disini terlalu banyak bekas decit telapak kaki, yang mungkin akan sedikit sulit untuk ditandaskan.
Lantas sinau apa yang terpancar dari bola yang tergantung dihujung pelipis itu? Terlalu sederhana jika itu hanya sebuah lilin. karena entah bagaimana seperti ada denyar yang hanyut disana.
Dan mungkin untuk sebuah alasan, kedua kutub tetap ingin menjadi utara, kedua kutub tetap ingin menjadi selatan. Meskipun salah satu mata telah banyak berbicara.
Ah.. kita terlalu naif. Mungkin saja hal tersebut hanya sebuah kesantunan yang berlebihan, atau bahkan itu tak hanya lebih dari sebuah asa.
Siapa yang tau?
0 comments:
Post a Comment