Awalnya galah itu berdiri dengan kokohnya, akan tetapi dengan lancangnya kau mencomot dan mematahkannya, persis seperti waktu kau memetik daun aren kemudian kau membiarkan angin menerbangkannya tanpa arah.
Jangan menyeret lenganku semakin kuat. Karena sekarang aku tengah menggahar sebuah kain putih dari sebintik noda kefanahan yang terus kau bebabkan pada pundak nan rapuh itu.
Jujur saja aku merasa diperbudak oleh rumput yang ada dipematang sawah. Gaham saat berjalan melewatinya. Ironisya, meski buram aku terus mencoba merangkak tanpa memperdulikan cela itu terlampau kecil.
Aku yakin kau sudah mampu menerjemahkan majas yang aku ukirkan dalam layar pelakat sikap yang diterbelenggu dalam botol kaca. Namun mengapa kau tak segera menepis pelepah yang sengaja aku lemparkan kearahmu.
Bahkan kau terkesan memeras sumur yang bahkan hampir tak memiliki air, kau seakan dengan sengaja menghisap saripatinya dan membuatnya porak poranda.
Thursday, 11 September 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment